Menteri Perdagangan, Budi Santoso menjadi pembicara utama pada Kajian Tengah Tahun (KTT) Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2025 yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (2 Juli).
Mendag Busan mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki dua strategi dalam menghadapi perang dagang. Pertama, memperluas pasar ekspor dengan peningkatan perjanjian dagang. Kedua, memperkuat pengamanan pasar dalam negeri.
Terdapat lima perjanjian dagang ditargetkan selesai pada tahun 2025, yaitu Indonesia-EU CEPA, Indonesia-Canada CEPA, Indonesia-Peru CEPA, Indonesia-EAEU FTA, dan Indonesia-Tunisia PTA. Perjanjian-perjanjian tersebut diharapkan dapat membuka akses pasar yang lebih luas. Meskipun implementasi perjanjian-perjanjian tersebut belum dapat dilakukan tahun ini, dampak psikologisnya sudah terasa di kalangan pelaku usaha. Hal ini mendorong pelaku usaha untuk semakin bergairah dalam mencari mitra melalui kegiatan business matching.
Mendag Busan mengatakan, Kemendag juga berfokus pada penguatan pasar dalam negeri. Strategi ini penting guna mencegah produk-produk impor masuk ke pasar domestik, terutama sebagai dampak akibat perang dagang. Selain pengamanan pasar dalam negeri, Kemendag juga memiliki program prioritas lainnya, yaitu perluasan pasar ekspor dan UMKM Berani Inovasi Siap Adaptasi (BISA) ekspor. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja ekspor.
Pada kesempatan tersebut, Mendag didampingi oleh Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Johni Martha; Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan, M Suaib Sulaiman; dan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemendag, Ni Made Kusuma Dewi.
.