Search

Mendag Zulkifli Hasan Isi Kuliah di Universitas Amikom Yogya, Bicara Pentingnya Perdagangan Digital

  Dengarkan Berita Ini

Mendag Zulkifli Hasan Isi Kuliah di Universitas Amikom Yogya, Bicara Pentingnya Perdagangan Digital

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan bersama Rektor Universitas Amikom Prof.Dr. M. Suyanto di kampus Amikom, Senin (6/11/2023)

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengisi kuliah umum di Universitas Amikom Yogyakarta, pada Senin (6/11/2023) pagi. Di hadapan para mahasiswa dan akademisi yang hadir, Zulhas bicara mengenai pentingnya mengatur perdagangan sistem digital.

Sebab, dunia saat ini telah berubah melalui perkembangan digital. Termasuk perdagangan. Karena itu perlu ada aturan tentang media sosial, sosial commerce maupun e-commerce.

"Mau tidak mau, karena memang sudah berubah dunia semua serba digital sekarang, termasuk perdagangan. Oleh karena itu, UMKM juga harus menyesuaikan dengan apa yang ada sekarang, hanya memang harus kita atur ya," kata Zulhas.

Menurut dia, pihaknya sudah mengubah aturan permendag nomor 50 tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan menjadi Permendag nomor 31 tahun 2023.

Di mana, media sosial diperbolehkan bebas menjadi media sosial. Namun jika ingin menjadi sosial commerce maka mesti apply atau menerapkan beberapa ketentuan persyaratan lainnya untuk menjadi sosial commerce. Fungsinya nanti menjadi seperti televisi.

"Bisa sosial media, tapi juga bisa iklan, bisa (jadi tempat) promosi, tapi nggak boleh buka warung," katanya.

Jika sistem digital ingin berjualan maka disebut e-commerce, maka diharuskan melengkapi persyaratan-persyaratan yang lebih ketat. Tujuannya agar bisa melindungi produk- produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di dalam negeri.

Persyaratan e-commerce itu, misalnya dilarang menjual barang impor dengan transaksi di bawah US$ 100 dollar. Ia menggambarkan bagaimana jika perdagangan sistem digital ini tidak diatur, ada barang dari luar negeri masuk sedangkan dijual offline langsung masuk ke costumer.

Padahal ketentuan berjualan makanan harus melalui beberapa persyaratan seperti sertifikat halal maupun izin edar dari BPOM. Begitu juga berjualan elektronik harus ada penjualan layanan dan jaminan maupun kualitas SNI. Termasuk harus ada pajak dan sebagainya.

Sebab itu, perdagangan sistem digital ini perlu diatur. Menurut Zulhas, pemerintah telah menetapkan positive list 4 barang yang boleh impor melalui e-commerce di bawah harga US$ 100. Yaitu buku, software atau perangkat lunak, film dan musik. Keempat barang tersebut diperbolehkan.

"Selain itu, maka transaksinya harus di atas US$ 100 dollar, artinya kita bikin persyaratan agar ekosistemnya bisa mengembangkan UMKM dalam negeri, dan itu menjadi sarana UMKM kita untuk memperluas pasar ke dunia internasional bukan sebaliknya," kata Zulhas.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu cukup singkat mengisi kuliah umum di Amikom Yogyakarta yang dihadiri ratusan mahasiswa. Selain bicara perdagangan sistem digital, Zulhas juga mengaku kagum dengan pemikiran Rektor Amikom, Prof. Dr. M. Suyanto.

Menurut Zulhas, Amikom merupakan kampus perkuliahan namun sebagian besar idenya bergerak di bidang industri kreatif. Itu yang kini sedang dibutuhkan. Bahkan animasinya telah menembus pasar Hollywood.

"Ini luar biasa. Karena waktunya pendek, nanti saya akan datang lagi kemari dan saya kira ini yang dibutuhkan oleh kita, industri kreatif," kata dia.

Sementara itu, Rektor Universitas Amikom, Prof. Dr. M. Suyanto menyampaikan, kedatangan Menteri Perdagangan untuk mengisi materi kuliah di kampusnya sangat luar biasa. Sebab, kampus Amikom Yogyakarta sedang gencar mengembangkan produk-produk hasil riset kelas dunia. Ia berharap, produk riset tersebut nantinya dapat didukung channeling dari Kementerian Perdagangan.

"Karena konsep utama kita dari culture. Jadi cerita-cerita lokal kita, kemudian menjadi ideation, ada desain, ada production, ada branding dan channeling. Nah ini fungsi Kementerian dan itu lah yang akan menghasilkan value. Jika sudah seperti itu akan luar biasa. Kalau film animasi cuma dijual di Indonesia, paling Rp 10 juta tapi kalau dibawa ke Hollywood menjadi US$10 juta dollar. Sangat berbeda 15 ribu kali lipat. Itulah konsep yang dibangun ekonomi kreatif di Amikom," kata Suyanto.

Penulis: Ahmad Syarifudin


** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (jogja.tribunnews.com)

  • Share