Mendag Zulhas Sambut Negara Lain Gabung Jadi Anggota RCEP
Foto: Sukma Nur Fitriana/detikcom
Semarang - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) memimpin pertemuan kedua para Menteri RCEP di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai implementasi dan prosedur lanjutan mengenai perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan 5 negara mitranya tersebut.
"Hasil pertemuan Menteri RCEP mengesahkan dokumen kerangka acuan kerja (TOR) pembentukan unit pendukung RCEP di Sekretariat ASEAN, karena Juni 2023 telah berlaku penuh, sebagai capaian prioritas ekonomi keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023," kata Zulhas usai pertemuan, Senin (21/8/2023).
Selanjutnya para Menteri RCEP sepakat untuk melanjutkan prosedur aksesi RCEP buat negara-negara yang berminat untuk gabung. "Jadi selain yang ada ASEAN, Australia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok kalau ada yang bergabung lagi dipersilahkan," sambung Zulhas.
Selanjutnya pertemuan ini juga menugaskan komite bersama RCEP untuk memonitor implementasi RCEP biar bisa berjalan lancar, efektif, dan transparan.
Diketahui RCEP disebut sebagai kerja sama perdagangan yang bisa memberikan manfaat keberlanjutan untuk perekonomian dan kinerja ekspor Indonesia. Ini dikarenakan RCEP bisa membuka banyak peluang perdagangan lintas negara anggotanya.
Adapun 10 anggota RCEP adalah negara anggota ASEAN yaitu, Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan untuk 5 negara mitranya terdiri dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Terkini, Hong Kong juga sedang berupaya untuk masuk menjadi negara anggota RCEP. Sebab Hong Kong menilai RCEP memiliki potensi untuk peningkatan ekonomi melalui perdagangan.
Sebagai informasi, pertemuan kedua para menteri RCEP menjadi salah satu rangkaian dalam kegiatan ASEAN Economic Minister (AEM) ke-55 di Semarang Jawa Tengah. Kegiatan AEM ini sudah digelar sejak Kamis, (17/8) lalu dan akan berakhir hari ini, Selasa (22/8).
Penulis: Sukma Nur
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (finance.detik.com)