Mendag Zulhas Cerita Beda 'Berdagang' dengan China dan Jepang
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Digital di acara Digital Creative Leadership Forum di Jakarta, Kamis (9/11) (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas bercerita soal bedanya menjalin kerja sama dengan China dan Jepang. Menurutnya, perundingan dengan Jepang sangat alot, sedangkan dengan Tiongkok negosiasi lebih mudah.
"Berunding dengan Jepang, saya sudah hampir 8 tahun soal ikan tuna aja sulit. Ukurannya harus sama, bentuknya harus sama. Kalau kirim pisang harus sama bentuknya, ukuran harus sama, warna, sulit sekali," Zulhas dalam acara Digital Creative Leadership Forum yang diselenggarakan CNN Indonesia di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta Pusat, Kamis (9/11).
"Sementara yang emerging country seperti Tiongkok, Indonesia mau apa, oke, enggak banyak persyaratan. Yang penting kami untung, Anda untung, rakyat Tiongkok senang, rakyat Indonesia senang, jadi. Begitu juga dengan India (mudah)," imbuhnya.
Awalnya, Zulhas bercerita soal negara-negara maju yang menjadi mitra dagang Indonesia tengah mengalami perlambatan ekonomi dipicu oleh geopolitik. Apalagi baru-baru ini ekonomi dunia ikut terpukul oleh konflik Hamas dengan Israel. Karena itu, Indonesia membidik pasar negara berkembang.
"Karena dunia Barat melambat ekonominya, sekarang juga terjadi pergeseran emerging country," ucap Zulhas.
Ia pun mengungkap keadaan ekonomi dunia sekarang sudah terasa sangat berbeda. Dulu, kata Zulhas, negara-negara maju masih mau membantu Indonesia hingga bisa tumbuh dengan baik. Namun, sekarang perdagangan Indonesia dengan negara-negara Barat menjadi sulit.
"Bahkan EU (Uni Eropa) itu mengeluarkan satu undang-undang yang disebut dengan EU Anti-Deforestasi. Begitu juga Jepang. Jepang juga tidak mudah. Misalnya kereta cepat. Kok, dapat China tapi tidak Jepang. Berunding dengan Jepang soal tuna saja sulit," bebernya.
Penulis: Dei/Wiw
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (www.cnnindonesia.com)