ILUSTRASI. Wamendag Roro memberikan sambutan di NYU Gala 2024 yang digelar pada Sabtu (30/11) di The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Jakarta. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menilai, Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 bisa menjadi solusi untuk menghidupkan kembali pusat-pusat perbelanjaan sekaligus meredam fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana).
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menilai, Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 bisa menjadi solusi untuk menghidupkan kembali pusat-pusat perbelanjaan sekaligus meredam fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) melalui tumbuhnya semangat belanja.
“Kami mengapresiasi inovasi dari pusat-pusat perbelanjaan dalam merespons tantangan zaman, termasuk tren rojali dan rohana yang justru dapat diubah menjadi peluang melalui pendekatan omnichannel, interaksi digital, serta pengalaman belanja yang makin personal dan menarik,” ujar Roro dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (6/8/2025).
ISF 2025 akan berlangsung pada 14–24 Agustus 2025, diikuti oleh 400 pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia.
Dalam momentum menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, festival ini menawarkan diskon hingga 80%, sesuai usia kemerdekaan Indonesia tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, ISF 2025 ditargetkan mampu mencetak transaksi hingga Rp 23,32 triliun selama periode penyelenggaraan.
Lebih lanjut, Wamendag Roro menjelaskan bahwa fenomena rojali dan rohana tidak semata-mata mencerminkan daya beli masyarakat yang melemah.
Menurutnya, perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen berbelanja turut mempengaruhi kecenderungan tersebut.
“Jadi, memang cara kita berbelanja itu berubah. Kalau sekarang ke mal, banyak yang tujuannya nonton, makan, kumpul keluarga, bahkan sekadar mengusir bosan. Tapi bukan berarti mereka tidak belanja sama sekali,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa sebagian konsumen mungkin memilih berbelanja setelah menonton atau makan, sebagian lainnya melakukannya secara online. Perubahan ini mencerminkan gaya hidup yang lebih fleksibel dan beragam.
Karena itu, kehadiran ISF tidak hanya berperan sebagai penggerak transaksi offline, tapi juga sebagai sarana memahami kebutuhan konsumen modern.
“Kami ingin memberikan berbagai opsi, termasuk skema diskon hingga 80%, agar masyarakat tertarik belanja. Mudah-mudahan ini bisa ikut meningkatkan daya beli,” harapnya.
Penulis: Shintia Rahma Islamiati
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (kontan.co.id)