Harga Referensi Biji Kakao Meningkat Di Periode Februari 2025
Peningkatan HR dan HPE biji kakao, antara lain dipengaruhi peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan produksi. Penurunan produksi kakao terjadi di Afrika Barat sebagai produsen utama
Seorang petani membersihkan biji kakao di Desa Pepageka, Kecamatan Klubagolit, Adonara, Kabupaten Fl ores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (16/07/2024). Antara Foto/Mega Tokan
JAKARTA- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut harga referensi (HR) biji kakao periode Februari 2025 ditetapkan sebesar US$11.102,84 per metrik ton (MT). Angka ini meningkat sebesar US$553,25 atau 5,24% dari bulan sebelumnya.
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, hal itu berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Februari 2025 menjadi US$10.600 per MT, naik US$540 atau 5,36% dari periode sebelumnya.
"Peningkatan HR dan HPE biji kakao, antara lain dipengaruhi peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Dalam hal ini, ada penurunan produksi biji kakao terutama dari produsen utama di wilayah Afrika Barat," kata Isy dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (1/2).
Di sisi lain, Isy menyampaikan, HPE produk kulit periode Februari 2025 tidak berubah dari bulan sebelumnya. HPE produk kayu meningkat pada beberapa jenis kayu. Antara lain, kayu veneer dari hutan tanaman, lembaran kayu untuk kotak pengepakan (wooden sheet for packing box), kayu dalam serpihan bentuk keping atau pecahan (wood in chips or particle), serpih kayu (chipwood), kayu gergajian dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis merbau serta dari sortimen lainnya, dari hutan tanaman jenis pinus dan gemelina, acasia, sengon, dan karet.
Sedangkan, HPE produk kayu, yaitu kayu veneer dari hutan alam, kayu gergajian dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis meranti dan rimba campuran serta sortimen lainnya dari hutan tanaman jenis balsa, eucalyptus, dan lain-lain turun.
Penetapan HPE biji kakao, HPE produk kulit, dan HPE produk kayu sendiri tercantum dalam Kepmendag Nomor 122 Tahun 2025 tentang Harga Patokan Ekspor dan Harga Referensi Atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.
Perkebunan Rakyat
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan, mengatakan pemerintah berencana membangun perkebunan rakyat guna mendorong produksi kakao pata petani.
Zulkifli Hasan mengatakan, keinginan membangun perkebunan rakyat muncul karena nilainya sangat tinggi di saat harga kakao saat ini juga sangat bagus. Menurut dia, hal pertama yang harus dilakukan dalam waktu dekat ini adalah replanting karena pohon kakao rata-rata sudah mulai tua, dan kurang produktif.
"Kita harus melakukan replanting yang artinya melakukan peremajaan. Jadi, nanti kami akan siapkan bibitnya dan akan dibagikan kepada petani-petani di Indonesia, dan tentu melakukan riset, cocoknya di daerah yang mana," jelas Zulkifli.
Ia menyampaikan, pemerintah juga mempersiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM dan para petani yang ingin mengembangkan usahanya. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo.
Sementara itu, Pj Gubernur Sulsel Prof Fadjry Djufry mengatakan, hilirisasi pertanian merupakan bagian dari salah satu program Presiden Prabowo. Termasuk pengelolaan kakao menjadi butter.
"Sulsel termasuk sentra kakao di Indonesia. Selain itu ada Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan beberapa provinsi yang lain, ada Sumatera Barat, Lampung, dan di NTT," urainya.
Di Sulsel, kata Fadjry Djufry, punya varietas yang telah cukup lama dikembangkan oleh para petani. Daerah paling potensial memproduksi kakao adalah Luwu Raya, Bone, Soppeng, dan Wajo.
"Sebelumnya Sulsel pernah nomor tiga di Indonesia sebagai penghasil kakao, sekarang turun nomor tujuh. Kita ingin mengangkat lagi petani kakao kita, sehingga kita dapat nilai tambah," ucap Fadjry.
Penulis: Faisal Rachman
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (validnews.id)