Jakarta: Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Jepang, melalui JICA, menggelar pelatihan dalam rangka mendukung kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika. Pelatihan ini bertajuk ‘South-South Triangular Cooperation (SSTC) on Trade and Investment Promotion For African Countries 2025’.
Pelatihan ini dihadiri delegasi dari negara-negara Afrika, beserta dengan jajaran dari internal Kemendag. Pertemuan ini akan menjadi platform untuk berbagi pengalaman, baik mengenai kebudayaan atau ekonomi antar peserta dari Kemendag dengan delegasi negara-negara Afrika melalui dialog yang inklusif.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Widya Esti mengatakan, pelatihan ini juga dilatarbelakangi oleh momentum positif hubungan Indonesia dengan Afrika dalam bidang perdagangan yang. Total perdagangan Indonesia dengan Afrika mencapai USD2,4 miliar.
“Hubungan dagang Indonesia dengan Afrika mengalami momentum positif pada 2024 lalu dengan total transaksi mencapai USD2,4 miliar. Total ekspor Indonesia mencapai USD792 juta, sedangkan impor Indonesia dari Afrika mencapai USD1,6 miliar,” tutur dia di Kantor Kemendag, Selasa, 8 Juli 2025.
Pelatihan ini juga sebagai bentuk dari aksi pemerintah untuk menghadapi ketidakpastian global, khususnya dalam bidang ekonomi dan investasi. Maka dari itu, pelatihan dan penguatan kerja sama akan menjadi hal yang penting, terutama dalam menunjukkan resiliensi pemerintah, baik Indonesia maupun Afrika.
(Pelatihan bertajuk ‘South-South Triangular Cooperation (SSTC) on Trade and Investment Promotion For African Countries 2025’. Metrotvnews.com/Indira Pramesti)
Semangat Konferensi Asia-Afrika
Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama mengungkapkan, kerja sama ini diadakan pada tujuh dekade dari
Konferensi Asia-Afrika. Ia menegaskan, Konferensi Asia-Afrika merupakan momen sejarah ketika pemimpin dari kedua kontinen bersatu.
Selain mengenai momentum yang bertepatan, Setya juga berfokus pada nilai inti dari pelatihan yang juga sejalan dengan Konferensi Asia-
Afrika. Setya menyebut, pelaksanaan pelatihan ini ada dalam solidaritas antar Indonesia dengan negara-negara Afrika.
“Pada 1955, Indonesia dengan Afrika bergabung untuk solidaritas, kebebasan, dan juga kemanusiaan. Untuk membangun solidaritas maka dibutuhkan pembangunan kapasitas kooperatif dan pertukaran ide,” tambah dia.
Konferensi Asia-Afrika memang merupakan titik balik dari diplomasi Indonesia yang akhirnya memperkuat gagasan global south atau kerja sama south-south. Gagasan tersebut pada akhirnya mendorong adanya solidaritas antar-negara selatan dalam menghadapi gejolak politik dan perekonomian.
Penulis: Eko Nordiansyah
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (metrotvnews.com)