Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti (kanan) dan Wakil Menteri Perdagangan Turki Mustafa Tuzcu (kiri) dalam pertemuan bilateral di sela-sela rangkaian The 4th Meeting of the D-8 Trade Ministers Council di Kairo, 1-2 Desember 2025. (ANTARA/HO-Kemendag)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menegaskan pentingnya memberikan fleksibilitas bagi perdagangan Indonesia dan Turki agar cakupan produk tidak terlalu sempit sehingga mencakup kepentingan bersama.
Dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Perdagangan Turki Mustafa Tuzcu di Kairo, Mesir, Roro menjajaki peluang memperluas ruang liberasi perdagangan melalui Indonesia-Turkiye Preferential Trade Agreement (IT-PTA).
"Indonesia mendorong agar sektor-sektor kunci seperti tekstil, alas kaki, serta besi dan baja tetap dibahas agar manfaat perjanjian ini dapat dirasakan secara lebih merata," kata Roro dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data pada 2024, total perdagangan Indonesia-Turki mencapai 2,4 miliar dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia sebesar 1,5 miliar dolar AS.
Oleh karena itu, Indonesia memandang IT-PTA sebagai langkah strategis untuk memperdalam hubungan ekonomi antara kedua negara, sekaligus sebagai landasan penting menuju perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-Turki (IT-CEPA).
Sementara itu, Wamendag Turki akan mempertimbangkan usulan tersebut dan juga mengusulkan agar Indonesia dan Turki dapat menjajaki potensi kerja sama di bidang konstruksi, mengingat Indonesia sedang membangun Ibu Kota Nusantara (IKN).
Wamendag Turki menyampaikan bahwa kedua negara merupakan sahabat sehingga upaya penguatan kerja sama perlu terus dilakukan, khususnya di tengah situasi politik global saat ini.
Ekspor Indonesia ke Turki pada 2024 tercatat sebesar 1,9 miliar, meningkat 26,05 persen dibandingkan 2023. Sementara itu, impor Indonesia mencapai 0,5 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 25,51 persen dari tahun sebelumnya.
Pada 2024, Turki adalah pasar ekspor peringkat ke-23 dan sumber impor peringkat ke-36 bagi Indonesia. Produk ekspor utama Indonesia meliputi produk setengah jadi dari besi atau baja nonpaduan, produk canai rata dari baja nirkarat lebar ≥600 mm, serat stapel buatan, kokas dan semikokas batubara, dan minyak sawit.
Adapun produk impor utama Indonesia meliputi tank dan kendaraan tempur, bijih dan konsentrat kromium, tembakau mentah, tepung gandum dan meslin, dan perangkat peluncur pesawat.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
** Tulisan ini berasal dari tautan berikut ini. (antaranews.com)